#navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }
Tampilkan postingan dengan label FaCe to FaCe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FaCe to FaCe. Tampilkan semua postingan

12 Januari 2014

Sahabat, ingatkah kau



Sahabat, sebutanku untukmu..
Tampil apa adanya, lugas dan sedikit liar justru itu yang ku suka.
Sering kita bercanda, melepas tawa ala kadarnya.
Pertemuan singkat yang penuh makna.

Sebatas itu saja, walau kurasakan sesuatu yang sedikit berbeda.
Tak ingin ku mendahului meski ku tahu itu ada.

Kita tak pernah bersua secara nyata.
Hanya bahasa hati yang berbicara.

Hampir dua tahun berlalu
Terselip rindu yang menderaku untuk kembali berbincang denganmu.
Apakah kau tahu...?!!

Sahabat, kosong menghampiriku.
Kita sering bersua, hampa tanpa kata dan sapa.
Aku dan kamu tahu itu.

Perasaan asing ini menggetarkanku.
Aku dan kamu ibarat dua manusia yang tak pernah saling mengenal.

Mencairlah, kembali seperti dulu.
Keakraban tanpa beban...
Candaan yang kadang keterlaluan...
Cacian yang begitu membanggakan....

Sahabat,..ketika perbedaan menjadi batasan.
Bukan berarti menjauhkan kita.
Kenapa tidak kita manfaatkan jeda waktu yang ada.
Untuk bercengkrama seperti biasa layaknya tak ada apa-apa.

22 Desember 2013

Lagu Rindu Tentang Ibu

Kasih Ibu Kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari Dunia
Gambar dari sini

Sepenggal bait lagu kasih ibu, mengingatkanku pada ATHA [ mantan muridku dulu ]. Setiap kali aku tawarkan untuk menyanyi di sela-sela pembelajaran atha selalu minta dinyanyikan lagu Kasih Ibu. Masih lekat dalam ingatanku, saat pertama atha belajar mandiri, ditinggal didalam kelas tanpa ditunggui oleh mamanya. Dia menangis tersedu-sedu bahkan sampai muntah di wastafel. Yang bikin aku semakin terkesan, dia langsung berlari menuju wastafel tanpa aku suruh. Setelah selesai muntah, dia akan menyalakan kran air dengan maksud supaya muntahannya tidak mengotori wastafel.

Atha, anak itu memang luar biasa. Dengan segala kemampuan yang dia punya. Kosakata yang diungkapkan begitu beragam. Bagaimana dia tahu proses operasi jantung secara detail dengan bahasa anak-anak dia menceritakan itu saat ayahnya harus menjalani operasi karena sakit yang dia derita. Kesukaannya pada alat transportasi, dia gambarkan dalam kertas kosong berbagai bentuk alat-alat berat seperti eskafator, truk kontainer, dan lain sebagainya.

Dua tahun, masa belajar dan bermain di play group. Dari Atha yang manja hingga menjadi atha yang mandiri, penuh percaya diri dan rasa empati yang kuat. Semua tak lepas dari sosok seorang mama yang begitu menyayanginya. Atha, tumbuh menjadi anak yang cerdas. Begitu santun, ucapan 'terima kasih', 'maaf' dan 'permisi' selalu menghias bibir mungilnya tanda akan kesantunan yang selalu diajarkan oleh mamanya. Atha dan Mama, tidak bisa dipisahkan. Hubungan mereka lebih dari sekedar ibu dan anak, mereka juga bisa menjadi teman, menjadi sahabat. Sungguh unik hubungan yang terjalin diantara keduanya.

Beberapa tahun berlalu, setelah kelulusan atha di play group. Aku tidak tahu lagi kabar tentangnya, karena dia melanjutkan TK di jogja mengikuti tugas kerja ayahnya disana. Sampai suatu ketika, ada telfon dari mama atha yang mengabarkan bahwa mereka telah berpisah. Yaa, orang tua atha bercerai, dan hak asuh atha jatuh pada ayahnya. Bagaimana bisa, keduanya dipisahkan. Atha dan mama yang begitu lekat. Keduanya saling menguatkan bahkan disaat mama atha terpuruk karena sedang bermasalah dengan ayahnya. Masih dengan rasa tidak percaya, kusimak kisah mama atha yang terurai satu persatu. Tentang kesabaran, ketangguhan, kekuatan dan perjuangan seorang perempuan. Tidaklah menjadi sia-sia, kisah atha dan mama. Berawal manis, sampai badai datang menerpa hingga berakhir bahagia. Atha kembali kepangkuan mama. Empat tahun, terpisah dan bersatu kembali.

Kini, mama dan atha hidup bahagia. Kembali dari awal, saling menguatkan. Meskipun, keluarga kecil ini kurang lengkap tanpa kehadiran seorang ayah. Namun, mereka sungguh bahagia tanpa ada yang melukai dan terlukai.

Kembali, kusenandungkan kasih ibu. Bagiku itulah Lagu Rindu. Lagu yang dulu selalu kunyanyikan bersama permintaan atha kecil.
Atha dan mama, dari kalian aku belajar arti hidup dan kehidupan. Sekelumit pintaku pada Tuhan, ...Semoga kalian selalu bersama, merajut asa kehidupan panjang didepan...dan atha tetaplah menjadi anak lelaki mama yang kuat. Sekuat atha bayi yang hanya ditutupi selembar kain saat digendong menuruni kaki gunung sumbing.

07 Desember 2013

Kopdar itu...

Kira-kira seminggu yang lalu, saya dan mba mechta deera ada janji kopdar dengan teman blogger dari Semarang. Mba Esti Sulistyawan namanya. Kebetulan beliau sedang ada tugas kerja di pekalongan. Kami pun sepakat untuk ketemuan. Sebenarnya baik saya maupun mba mechta agak asing dengan sosok mba esti [sori mba...hehe]. Secara kami belum pernah saling kenal di fb juga belum pernah berkunjung ke blog mba esti [ngakuuu].
Sampai ada woro-woro dari mba esti di warung blogger, tentang tugas beliau di pekalongan sekalian ngajakin kopdar blogger setempat. Deeg, saya ga langsung mengiyakan ajakan tersebut. Tapi nunggu sinyal dari senior saya, mba mechta. Via inbok berlanjut sms, kami sepakat ketemuan. Sore itu, sekitar jam empatan. Saya njemput mba mechta menuju tempat yang sudah ditentukan. Sambil nunggu mba esti, kami ngobrol ngalor ngidul. Maklum ni kopdar perdana, jadi banyak tanda tanya dibenak kami. Tiga puluh menit kemudian, muncul lah perempuan cantik berkacamata. Pasti mba esti...[blogger kan identik dengan kacamata] bathin saya. Beneran, salaman, cipika-cipiki, kami pun duduk satu meja saling mengenalkan diri.


Kopdar yang menyenangkan, meski sebelumnya kita ga pernah saling sapa di dumay. Alhamdulillah, berasa ketemu teman lama. Apalagi mba mechta dan mba esti, sama-sama berasal dari semarang jadi ada aja obrolan diantara mereka [giliran saya yang menyimak sambil mengagumi keduanya]. Kalau para mak-mak ngobrol itu waktu kok cepet banget berlalu. Kumandang adzan maghrib, mengakhiri cerita kami. Masih ada kopdar lanjutan di Kopdar Blogger Nusantara (KBN) 2013 di jogja. Huff, sayang banget saya ga bisa ikut. Hanya bisa ngeliat foto teman-teman blogger termasuk mba esti dan mba mechta.

Special thanks to mba mechta deera untuk mangga dan teh hitam [belum sempet tak icip mba...]. Traktirannya juga [ditunggu lagi].
Mba esti, untuk waktu dan kesempatannya [smoga kita bisa silaturahmi lagi].


20 Januari 2013

Ustadz Baca Buku

#Post ke'tiga tentang Pak Ustadz. 

Flash Back : Diawali dengan raker guru-guru. Setiap memasuki semester baru, entah itu di semester 1 maupun 2 ibu kepsek selalu mengadakan program dan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah kami. Bagi kami para guru, kegiatan raker terasa sekali manfaatnya. Yaa, karena kami bisa duduk bersama satu meja untuk merencanakan program KBM semester 2 ini. Selain membahas program kerja, ada satu program lagi yang telah dirancang oleh ibu kepsek.
o0o
Setelah di tahun 2012 lalu guru-guru diwajibkan untuk mereview film berlatar pendidikan, sekarang ibu kepsek memberikan program wajib membaca bagi kami. Ciyus......?! Iyalah, kami diwajibkan untuk membaca satu buku, kemudian mereview isi dari buku yang telah kami baca. Ahaa, dan The First Person'nya adalah Pak Ustadz. Selamat ya tadz, jadi yang pertama. Seperti yang disampaikan ibu kepsek, penunjukan pak ustadz melalui beberapa pertimbangan. Diantaranya, posisi pak ustadz yang belum memegang kelas memungkinkan ustadz mempunyai waktu luang untuk membaca buku ketimbang kami [guru perempuan] yang sedang fokus menyelesaikan kurikulum. Tapi bukan berarti kami terlepas dari wajib membaca. Sepaket dengan ustadz, program itu berlaku juga bagi kami, dengan tenggang waktu yang berbeda.
DL wajib membaca bagi ustdaz akan berakhir 31 Januari nanti. Sebagai bukti otentik, review ditulis dalam satu lembar halaman folio. Cukup satu halaman ya tadz, ga lebih :D
o0o
Ditengah kesibukan membaca pak ustadz, ternyata beliau masih menyempatkan diri untuk tetap membuat postingan di blognya. Pastinya, setelah program wajib membaca ini berlaku, kualitas diri pak ustadz meningkat 180 derajat [semoga]. Bersamaan dengan popularitasnya di mata orang tua murid sebagai ustadz yang sabar, telaten, penyayang, dan lucu.... [ bagi duit....].

bahagia itu indah
Hehe, sori yaa tadz kalau ente sering dijadiin objek postinganku [sapa suruh]. Bukan tanpa sebab, ya minimal biar ente makin populer. Ga cuma dimata orang tua murid tapi juga di kancah per'bloggeran [sapa tahu nemu sosok marfuah yang ente idam-idamkan]. Akhir kata, tetap semangat tadz untuk terus meningkatkan kualitas diri termasuk jangan pernah putus asa untuk memperbaiki ketikan aneh dengan menghilangnya satu dua huruf secara tiba-tiba....hihihi.